Muratara info Daerah Com-Masyarakat Berhayal air jerni mimik wajah senang yang dia tampilkan itu rupanya tengah membayangkan masa-masa indah masa lalu.
Lamunannya membayangkan rutinitas warga setempat di sungai yang kala itu masih belum tercemar dan masih bening alami.
“Dulu, setiap pagi sebelum beraktifitas, dan sore setelah bekerja, warga disini sangat ramai turun ke sungai. Sungai ini dijadikan tempat aktifitas mandi, mencuci bagi kaum ibu dan sarana bermain anak-anak kami,”.
“Anak-anak kami berenang dengan riang setiap hari, kamipun juga menggantungkan sungai ini untuk mencari ikan, menjala disiang hari dan menyelam menembak ikan pada malam harinya,”terangnya.
Kini, aktifitas tersebut sudah mulai tergerus. Bahkan, sejak anak sungai Tiku dan Minak keruh bertahun-tahun, ada aktifitas warga yang tidak lagi bisa dilakukan. Aktifitas itu adalah menembak ikan dengan alat tembak tradisional pada malam hari.
“Dulu setiap rumah selalu ada bedil ikan dan serampang (alat tembak ikan tradisional). Kalau sekarang sudah tidak ada lagi. Yang masih bisa kami lakukan hanya menjala, itupun hasilnya tidak seperti dulu. Ikannya juga sudah mulai berkurang,”tuturnya.
Keruhnya air ini juga berdampak pada kesehatan masyarakat. ‘BAWI’ mengaku, banyak warga yang terserang gatal-gatal.
“Apakah kami akan terus dibiarkan seperti ini? Kami sangat berharap ada solusi dari pemerintah, karena kami sebagai rakyat kecil ini tidak bisa mencari solusinya. Kami gantungkan nasib kami ini ke pemerintah,”pintanya.
Mustapa juga mengeluhkan kondisi yang sama. Dia mengaku, warga di desanya kesulitan mendapatkan air bersih.
“Masyarakat kami saat ini kesusahan untuk mandi, karena umumnya masyarakat kami mandi di air Rupit . Peran pemerintah sangat kami tunggu,dan mohon untuk di brantas Peti karna ini sumber kehidupan kami juga orang bayak harus sampai kapan kami tertindas tolong Tangkap Cukongnya Peti ”Pintanya Singkat.
St.